Kamis, 15 Desember 2011

SIG dan Penginderaan Jarak Jauh


RESUME JURNAL
PENGGUNAAN PENGINDERAAN JAUH DAN INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL BERKELANJUTAN

Oleh : Rizki Andika Putri
26010210110034



             Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar kelima didunia. Oleh karenanya sebagian besar penduduk banyak yang tergantung pada sumberdaya dari laut, terutama sumberdaya ikannya. Namun, potensi sumberdaya ikan belum begitu besar (6,26 juta ton per tahun) sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dan lestari (baru mencapai 3,68 juta ton atau 58,80 %) akibat pengelolaan sumberdaya ikan yang krang terpadu. Perikanan skala kecil di Indonesia harus mendapatkan perhatian lebih serius karena jumlahnya yang mendominasi lebih dari 70%. Akibat kondisi pengetahuan nelayan yang masih rendah akan mendorong tekanan penangkapan yang berlebihan (overfishing) terhadap sumberdaya ikan di perairan, khususnya perairan pantai.

            Berkaitan dengan lokasi penangkapan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa ikan yang ditangkap nelayan kehidupannya sangat bergantung pada tiga ekosistem utama pesisir, yaitu hutan mangarove, padang lamun, terumbu karang. Ketiga ekosistem ini mempunyai peranan besar bagi manusia baik langsung maupun tidak langsung. Mangerove dan terumbu karang melindungi pantai terhadap erosi. Lamun dan mangerove sebagai tempat melangsungkan perkawinan, bertelur, menetaskan, memelihara anak bagi berbagai macam spesies. Banyak spesies laut yang melakukan migrasi secara teratur antara mangrove dan terumbu karang seperti hiu dan kuda laut. Dengan demikian apabila salah satu saja ekosistem tersebut terganggu maka akan berdampak buruk bagi ekosistem lainnya. Oleh karena itu, untuk keperluan pengelolaan, maka informasi yang lengkap mengenai status sumberdaya ini sangat diperlukan.

            Penginderaan jauh dan SIG telah digunakan dalam studi ekosistem pesisir penting yaitu mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Contoh penerapan yang telah dilakukan oleh India yaitu data warna air laut disediakan setiap 2 hari oleh lembaga IRS P4 Ocean Colour Monitor (OCM). Data kandungan klorofil dan suhu permukaan air laut yang didapat dari OCM dan NOAA AVHRR diintegrasikan dan dipergunakan untuk prakiraan perikanan untuk memperoleh data keberadaan ikan secara lebih akurat. Data warna laut memberikan informasi ketersediaan makanan dalam kolom air. Suhu permukaan air laut (SPL) menggambarkan keadaan lingkungan laut. Telah diamati pada banyak titik bahwa boundaries/fonts/gradients dari klorofil dan SPL merupakan lokasi yang ideal bagi berkumpulnya ikan yang merupakan indikasi terjadinya penggabungan antara proses biologis dan fisik. Prakiraan ini valid selama tiga hari dan diperbaharui setiap dua hari sekali.

            Suatu tantangan yang penting dalam pengelolaan ekosistem secara berkelanjutan adalah penggunaan SIG dalam mengintegrasikan data yang berasal dari ekologi, geografi, sosiologi, dan disiplin yang lain. Contohnya penelitian dalam bidang biokompleksitas, entobiologi, demografi, sosiologi, dan ekonomi yang secara tidak langsung berasosiasi dngan penggunaan inderaja dan SIG, meskipun demikian sering dapat diintegrasian ke dalam data dasar spasial.

            Sebenarnya teknologi SIG dan inderaja menghadirkan alat penting yang dapat digunakan untuk menilai secara tepat pengukuran kualitas air, pembuatan data dasar, memaduka informasi, memvisualisasi skenario dan dapat pula memecahkan masalah polusi lingkungan yang rumit. Kendala yang paling umum dijumpai adalah citra yang diperoleh seringkali tidak bagus karena banyaknya awan terutama didaerah tropis. Pemanfaatan di Indonesia juga terhambat karena belum adanya kerjasama yang baik diantara sesama stakeholders terkait.  




dan ini jurnal asli dapat didownload disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar